Iklan

Tuesday, April 17, 2007

Surat Terakhir Untukmu

Wahai engkau yang sedang kucintai, izinkanlah diri ini tuk menerangkan segalanya… tentang masa lalu bagiku…. Semoga hati ini hanya akan terpaut satu denganmu…
Untukmu.. wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku… :
Surat ini sengaja kuperuntukkan untukmu wahai engkau yang mampu melumpuhkan hatiku. Surat ini ingin kuselipkan dalam satu kehidupanmu, walau engkau tidak mau dan merasa ingin membuangnya, namun aku hanya lelaki yang tak memiliki keberanian dalam mengungkapkan semua percikan-percikan rasa yang terjadi dalam hatiku. Aku hanya dia, seseorang yang biasa-biasa saja yang engkau anggap tidak lebih, aku hanya merasa seperti itu. Dan tidak lebih….

Assalamu’alaikum wahai engkau yang melumpuhkan hatiku
Tak terasa barangkali sudah satu tahun aku memendam rasa itu, rasa yang ingin segera kuselesaikan tanpa harus mengorbankan perasaan aku atau dirimu. Seperti yang engkau tahu, aku selalu berusaha menjauh darimu, aku selalu berusaha tidak acuh padamu. Saat di depanmu, aku ingin tetap berlaku dengan normal dan sesuai kebiasaan walau perlu usaha untuk mencapainya.
Tahukah engkau wahai yang mampu melumpuhkan hatiku? Entah mengapa aku dengan mudah berkata jelek kepada orang yang sangat cantik jelita sekalipun? namun kepadamu, lisan ini seolah terkunci. Tapi, aku merasa beruntung untuk tidak pernah berkata bahwa aku mencintaimu, walau aku teramat sakit saat mengetahui bahwa aku bukanlah mereka yang engkau cintai walaupun itu hanya sebagian dari prasangkaku waktu itu…. Jika boleh aku beralasan, mungkin aku cuma takut engkau akan menjadi “illah” bagiku, karena itu aku mencoba untuk mengurung rasa itu jauh ke dalam, mendorong lagi, dan lagi hingga yang terjadi adalah tolakan-tolakan dan lonjakan yang membuatku semakin tidak mengerti dan kacau.
Sakit hatiku memang saat engkau telah berbicara bahwa engkau telah ada yang punya dan tak ada aku dalam kamus cintamu, sakit memang, sakit terasa dan begitu amat perih. Namun 1000 kali rasa itu lebih baik saat aku mengerti bahwa senyummu disetiap pagi itu, bahwa ketenanganmu disetiap aku melihatmu adalah sesuatu yang berarti bagiku. Ketentramanmu adalah buah cinta yang amat teramat mendekap hatiku, dan aku mengerti bahwa aku harus mengalah kepadanya.
Wahai engkau yang melumpuhkan hatiku, andai aku boleh berdoa kepada Tuhan, mungkin aku ingin meminta agar Dia membalikkan sang waktu agar aku mampu mengedit perjalanan hidupku hingga tak ada jalan yang bisa mengantarkanku ke tempat ini. Hingga aku bisa mengenalmu dan membuat hati ini terus mengingatmu. Jarang aku memandang wanita, namun satu pandangan saja mampu meluluhkan bahkan melumpuhkan hati ini. Andai aku buta, tentu itu lebih baik daripada harus kembali lumpuh seperti ini.
Banyak lembaran buku yang telah kutelusuri, di dunia maya sana banyak teman yang telah kumintai pendapat. Sebahagian mendorongku untuk mengakhiri segala prasangku tentangmu tentang dia karena sebahagian prasangka adalah suatu kesalahan,mereka memintaku untuk membuka tabir lisan ini juga untuk menutup semua rasa prasangkamu terhadapku. Namun di titik yang lain ada dorongan yang begitu kuat untuk tetap menahan rasa yang terlalu awal yang telah tertancap dihati ini dan membukanya saat waktu yang indah yang telah ditentukan itu (andai itu bukan suatu mimpi).
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin aku bukanlah pejantan tangguh yang siap untuk segera melamarmu (maap jika aku bercanda soal itu..). Masih banyak sisi lain hidup ini yang harus ku kelola dan kutata kembali. Juga kamu wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kamu yang dengan halus menolak diriku menurut prasangkaku dengan alasan belum saatnya memikirkan itu. Sungguh aku tidak ingin menanggung beban ini yang akan berujung ke sebuah kefatalan kelak jika hati ini tak mampu kutata, juga aku tidak ingin BERPACARAN denganmu.
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mungkin saat ini hatiku milikmu, namun tak akan kuberikan setitik pun saat-saat ini karena aku telah bertekad dalam diriku bahwa saat-saat indahku hanya akan kuberikan kepada BIDADARI-ku J. Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tolong bantu aku untuk meraih bidadari-ku bila dia bukanmu. Maapkan aku jika permintaan ini sangat sulit tuk kau lakukan..
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, tahukah kamu betapa saat-saat inilah yang paling kutakutkan dalam diriku, jika saja Dia tidak menganugerahi aku dengan setitik rasa malu, tentu aku telah meminangmu bukan sebagai istriku namun sebagai kekasihku. Andai rasa malu itu tidak pernah ada, tentu aku tidak berusaha menjauhimu. Kadang aku bingung, apakah penjauhan ini merupakan jalan yang terbaik yang berarti harus mengorbankan ukhuwah diantara kita atau harus mengorbankan iman dan maluku hanya demi hal yang tampak sepele yang demikian itu.
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, Ingin ku meminta kepadamu, sudikah engkau menjadi penyejuk hidup ini? Sudikah engkau menjadi pelita dan pendorong semangat yang kendor ini?! Namun wahai yang telah melumpuhkan hatiku, kadang aku berpikir semua pasti berlalu dan aku merasa saat-saat ini pun akan segera berlalu, tetapi ada ketakutan dalam diriku bila aku melupakanmu... aku takut tak akan pernah lagi menemukan dirimu dalam diri mereka-mereka yang lain.
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, ijinkan aku menutup tulisan ini dan biarkan waktu berbicara tentang takdir kita, jangan engkau terlalu jauh menyisipkan peristiwa tragis ini ke dalam lubuk hatimu. Anggaplah semua ini hanya mimpi yang terburuk bagimu dan tidak akan pernah terjadi.
Wahai engkau yang telah melumpuhkan hatiku, mintalah kepada Tuhan-mu, Tuhan-ku, dan Tuhan semua manusia akhir yang terbaik terhadap kisah kita. Memintalah kepada-Nya agar iman yang tipis ini mampu bertahan, memintalah kepada-Nya agar tetap menetapkan malu ini pada tempatnya.
Wahai engkau yang sekarang kucintai, semoga hal yang terjadi ini bukanlah sebuah DOSA. Apalagi sesuatu hal yang akan membuatmu terluka… semuanya telah selesai… di atas lembar ini.
Wassalam
Aku mohon maaf untuk segala-galanya yang telah membuatmu terluka. Maafkanlah aku………. Aku hanyalah manusia dan tidak lebih……….
Aku menyesal… Kenapa aku menjawab dengan perkataan bejat spt itu pada waktu itu?
>> karena aku sedang terluka, aku sedang kecewa berat kepadamu…. malam hari sebelumnya engkau telah membuat air mata ni mengalir… mengalir dengan sendirinya… luka yang belum pernah aku resakan selama ini, membuatku hilang kendali, imanku pergi, kesabaranku luluh…. Dan besoknya, sumbu itu tertarik (aku tidak tahu apakah aku yang menarik ataukah engkau? Tapi aku yakin akulah yang menariknya…) aku tahu yang memberikan sms waktu itu adalah engkau.. aku tahu… aku memang salah.. suatu kesalahan yang tidak pernah bisa aku lupakan, maapkan aku.. jika air matamu telah mengalir sia-sia hanya karena kata-kataku waktu itu… maafkan akan kebodohan, dan keegoanku..
Kenapa aku mencuri password darimu?
>> aku perhatian kepadamu.. layaknya seorang yang mencintai.. aku bertanya kepada semua orang: “Apakah tidak layak aku melakukan hal seperti itu pada orang yang sedang kukagumi?” mereka semua menjawab kenapa tidak layak… walau sekalipun ngkau tidak menerimanya karena aku paham dengan dirimu… waktu itu. Aku ingin mengetahui apa yang sedang kamu alami, aku hanya ingin mengetahui apa permasalahanmu, dan aku hanya ingin tahu apakah orang yang sedang aku kagumi ini sedang gundah? Tapi aku tidak tahu kenapa itu harus salah dimatamu bahkan telah membuatmu terluka dan tersayat. Kenapa rasa ingin berbagiku untuk membantu dan menghiburmu telah membuat kamu marah padaku? Aku menyesal…. Hingga aku tidak pernah melakukannya lagi… jika kamu mau, maafkanlah aku…….
Masih banyak lagi kesalahan yang telah aku perbuat padamu, aku telah salah dalam cara mencintaimu, aku telah salah.. salah besar yang tidak akan pernah hilang dari diri ini, kesalahan yang telah membuat aku trauma berulang-ulang…
Tuk yang terakhir aku ucapkan kepadamu:
Maafkanlah aku……. Aku tahu kenapa kau takut mengucapkan kata ‘tidak’ kepadaku. Ini semua adalah salahku, kenapa tidak dari dulu saja aku mengucapkan cinta kepadamu… hingga semuanya telah terjadi… tapi biarkanlah ini terjadi sebagai pengalaman dari masa lalu bagi kita…. Bersama…
Wahai Tuhanku… dan engkau yang sedang kucintai.. topanglah hati ini agar selalu kuat tuk memikul beban traumaku…….. end…..

diambil dari www.dudung.net dengan sedikit editan

No comments: